Agar Anak Didik Memiliki Inisiatif Atau Tidak Mudah Ikut-ikutan
Dewi Masitoh (1,266)
694 10 14-03-2013
1 suka
09-06-2016, 15:01:59
Ada seorang anak didik saya yang masih perlu belajar untuk memiliki inisiatif sendiri. Saat saya minta untuk menggambar pemandangan alam, ia menggambar pemandangan dengan kemiripan 90 persen sama dengan teman sebelahnya.
http://www.kesekolah.com/images2/big/2016053015142194753.jpg

Bila ia saya biarkan untuk melakukan sesuatu tanpa "mencontek" ia akan bingung dan butuh waktu lama untuk mengerjakannya. Bahkan terkadang saya harus membantunya dengan cara memberikan petunjuk. Anak-anak seperti ini perlu kita motivasi agar mereka memiliki inisiatif sendiri dalam mengerjakan sesuatu. Karena inisatif juga sangat erat hubungannya dengan kemandirian anak.

1. Tekun mendengarkan

Agar kita bisa dekat dengan anak-anak berinisiatif lemah, kita perlu tekun mendengarkan segala keluh kesah mereka. Saat mereka hendak menceritakan sesuatu, kita perlu bersikap antusias dalam mendengarkan. Sikap mau mendengarkan bisa menumbuhkan kedekatan dan kepercayaan. Maka kita perlu melalui tahap ini dengan baik.

2. Tidak membatasinya dengan banyak aturan, utamakan pendampingan

Sebenarnya anak-anak tidak membutuhkan banyak aturan, apalagi aturan yang ketat. Yang perlu diberikan kepada anak adalah petunjuk dan bimbingan. Karena terkadang daya tangkap dan cerna mereka dalam mengartikan suatu aturan juga belum maksimal. Maka agar anak-anak bisa belajar di kelas dengan tertib, kita perlu memberikan petunjuk atau penjelasan, dan tentu saja bimbingan secara intens. Karena bagaimana pun anak-anak juga sangat membutuhkan bimbingan agar bisa melakukan segala sesuatu dengan baik dan tertib.

3. Pendampingan yang merujuk pada kemandirian

Agar pendampingan yang kita berikan tidak membuat anak menjadi "bergantung", maka kita harus selalu ingat bahwa pendampingan yang kita berikan adalah bersifat membimbing. Sedangkan bantuan yang kita berikan pertama-tama adalah motivasi. Yang kedua adalah memberikan petunjuk. Kemudian bila anak didik kita benar-benar tidak bisa melakukan sesuatu seperti yang kita minta, kita bisa membantunya dengan kedua tangan kita. Sehingga motivasi bantuan kita adalah agar anak didik kita bisa melakukan sesuatu dengan baik, sesuai instruksi, dan dilakukan secara mandiri.

4. Aturan yang tidak membelenggu kreatifitas

Salah satu contoh aturan yang bisa membelenggu kreatifitas adalah meminta anak menggambar pemandangan dengan memberikan instruksi secara mendetail. Misalnya cara menggambar gunung, jalan, dan matahari harus sama dengan gurunya. Warna gunung harus biru. Warna matahari harus kuning. Instruksi atau aturan yang seperti ini bisa membelenggu kreatifitas anak. Instruksi yang terbaik yang bisa menjadi contoh adalah dengan meminta mereka menggambar pemandangan alam. Lalu kita biarkan mereka menggambar gunung, rumah, matahari, sesuai dengan keinginan mereka, dan mewarnainya sesuai dengan imajinasi mereka.

5. Hindari membentak anak didik

Secara sadar atau tidak sadar terkadang ada pendidik yang mengingatkan anak didiknya dengan cara membentak. Hal ini sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh seorang pendidik. Seorang pendidik harus cerdas dan bijak dalam memilih kata, serta mengatur volume suara saat mengingatkan anak-anak didiknya.

6. Pendidik yang terbuka

Anak-anak akan merasa dekat dengan pendidik yang mau terbuka dan jujur. Keterbukaan bisa kita mulai dengan menceritakan hal-hal yang sesuai dengan pengalaman pribadi. Awalnya, kita bisa menceritakan tentang keluarga kita, kebahagiaan yang kita rasakan hari ini, pengalaman buruk yang pernah kita alami, dan topik lainnya. Cerita-cerita tersebut bisa memancing anak untuk lebih terbuka dengan kita, dan bisa memicu inisiatif mereka dalam berpikir.

7. Menjadi anak-anak (setara dengan anak-anak)

Walaupun kita berprofesi sebagai pendidik, ada kalanya kita perlu menjadi "berubah" menjadi anak-anak. Bukan berarti harus berperilaku kekanak-kanakan. Agar kita bisa lebih dekat dengan dunia anak-anak, maka kita juga perlu memiliki sifat yang dimiliki anak-anak. Misalnya adalah ceria, jujur, terbuka, gemar bermain, dan sifat lainnya. Bila kita bisa menjadi "setara" dengan anak-anak, maka anak-anak akan menjadi lebih dekat dengan kita dan patuh pada kita. Sehingga karena kedekatan dan kepatuhan itu pula anak-anak akan menjadi terbuka dan memiliki inisiatif yang tinggi saat melakukan banyak hal.

8. Meningkatkan kepercayaan diri anak

Anak-anak yang memiliki inisiatif yang tinggi biasanya adalah anak-anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi pula. Agar kepercayaan diri anak semakin meningkat, kita bisa memberikan kepercayaan kepada mereka untuk mengerjakan tugas penting. Kita juga bisa meminta mereka untuk mengikuti pentas seni yang sesuai dengan bakat dan talenta mereka.

9. Memuji

Agar anak-anak bisa memiliki rasa percaya diri yang tinggi, maka kita perlu tekun memuji mereka. Bukan pujian yang terlalu sering atau berlebihan, apalagi diulang-ulang. Pujian bisa kita berikan saat anak-anak tumbuh menjadi anak yang semakin baik, misalnya, semakin rapi dalam merapikan baju, semakin rajin masuk kelas, dan lainnya.

Anak-anak berinisitif tinggi tidak hanya akan tumbuh menjadi anak yang mandiri. Namun juga bisa tumbuh menjadi seorang pemimpin yang baik. Bimbingan yang disertai dengan kesabaran dan kasih sayang juga perlu dalam hal ini, supaya inisiatif yang muncul dari pikiran mereka tidak timbul dari ego mereka sendiri. Namun juga disertai oleh sikap empati dan tenggang rasa pada sesama.

Sumber : kesekolah.com
(0)
06-10-2016 00:29:40
Terima kasih tipsnya Mba Dewi
  • 1

 

Reply

Silahkan login untuk meninggalkan balasan.

Pesan

Notifikasi