Jakarta, CNN Indonesia -- Bullying atau perundungan ibarat duri dalam iklim pendidikan di Indonesia. Hampir setengah dari siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Hasil ini didapat dari Penilaian Siswa Internasional atau OECD Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang baru saja dirilis pada Selasa (3/12) lalu. Penilaian bertaraf internasional ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa secara komprehensif, sekaligus iklim pendidikan di setiap negara anggota OECD (Organisation of Economic Co-operation and Development).
Pada saat yang sama, 80 persen siswa Indonesia mengaku perlu membantu anak-anak yang mengalami perundungan. Sementara sebanyak 17 persen siswa mengaku kesepian. Laporan juga mencatat, sebanyak 21 persen siswa Indonesia pernah bolos sekolah dan 52 persen dilaporkan datang terlambat ke sekolah. "Di banyak negara, bullying menjadi alasan siswa untuk bolos sekolah. Sedangkan siswa yang menghargai sekolah dan menerima dukungan yang besar dari orang tua lebih kecil kemungkinan untuk bolos sekolah," berikut bunyi keterangan resmi OECD. Selain itu, laporan juga menyoroti iklim pertemanan antar-siswa di Indonesia. Sebanyak 57 persen siswa di Indonesia mengaku saling bersaing satu sama lain, berada di atas angka rata-rata negara OECD sebesar 50 persen. Sementara sebanyak 75 persen siswa mengaku memiliki teman-teman sekolah yang koperatif. Studi ini dilakukan terhadap 6 ribu anak berusia 15 tahun dari 79 negara OECD setiap tiga tahun sekali. Dampak yang ditimbulkan perundungan terjadi pada beberapa tingkat. Perundungan dapat menurunkan motivasi seorang anak bersekolah, menghambat prestasi, meningkatkan agresivitas anak, hingga menimbulkan depresi. Jika tidak ditangani dengan baik, perundungan akan berpengaruh terhadap masa depan anak. Artikel ini dikutip dari artikel yang pernah terbit di https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191205133925-284-454419/41-persen-siswa-di-indonesia-pernah-jadi-korban-bullying |